Saturday, March 27

things i want the most



great shot with dhilla




Great Shot with Gina

It was Saturday, November 14 2010 Gina and I planned to have a photoshot in harbour. Haha but we got a riddiculous accident a few minutes before the plan was proved. Eits, don't mind it as a traffic accident. okay, i will tell you more in Indonesian.

Suatu hari, gue dan gina terinspirasi buat ngabisin waktu luang di malam minggu dengan berfoto ria. Kami ngelakuin hal ini setelah melihat foto-foto di lookbook. Siapa sih yang nggak "ngiler" liat foto-foto stylish di situs itu.

Rencananya,kita berangkat jam 4 sore. Kenapa? Karena kita mau ngincer sunset. Tapi,gue malah ketimpa sial!!!! Gue berangkat dari rumah jam 4 kurang. Gue udah siap dengan ransel besar berisi baju-baju buat kita foto,aksesoris, dan kamera SLR pinjeman mamah hehe Dengan bahagia,gue naik motor kesayangan gue dan melesat ngebut.

Di tengah jalan, gue lupa belum isi bensin. Akhirnya di pertengahan jalan ke rumah Gina, tepatnya di Pom Bensin Cipto gue memutuskan untuk isi bensin. Yeah! Antrean kosong men. Gue langsung aja bilang ke mas nya, "Mas, 10 ribu ya." Srooooooooooot. Tangki bensin motor gue penuh. Gue mulai merogoh saku untuk nyari duit 10 ribuan. Ah sial. Gue belum nyiapin duit ya -___- Gue udek-udek deh isi ransel gede yang udah tersusun rapi di dalamnya. CRAP!!!!! DOMPET GUE LENYAP. Lenyap apa ketinggalan ya? Gue bingung dan mulai stres liat muka mas-mas pom bensinnya yang curi-curiga pandang. Gue telepon adik gue, Dessy. Dia bilang dompet gue nggak ada di kamar. Oh god! Gue mulai kebanjiran keringet. Belum aje foto-foto, pelembab gue udah luntur!

Akhirnya, berkat kecerdikan akal gue, gue mutusin buat pinjem duit ke Gina dan jadiin handphone butut gue sebagai jaminan ke mas-mas pom bensin. Taraaaaaaaaaaa!!!!! Gue berhasil melarikan diri dari kesengsaraan di pom bensin hahaha. Sampe rumah Gina, gue panik dan ketawa-ketawa nggak jelas ceritain nasib malang gue di pom bensin tadi. "Gin, gue pinjem 50 ribu dong, hehehe." Padahal sih gue butuhnya cuma 10 ribu, tapi kan gue juga butuh buat jajan dan jaga-jaga kalau laper mata pengen beli sesuatu :p Ehhhhhhh, si Gina malah bilang gini,"Waduh, 50 ribu nggak ada, papake belum gajian." zzzzz sial pangkat dua gue!!!!

Terus Gina ngecek ransel gue, dan DIA NEMUIN DOMPET COKELAT GUE. Apa????!!!! Jadi, dompet gue selama ini bersemayam di ransel. Betapa bolornya mata gue. PARAH! Akhirnya, dengan perasaan konyol gue ngajak Gina balik ke pom bensin itu. Gue kasian sama Gina, dia udah dandan dan siap hampir sejam yang lalu nungguin gue. Tapi yang hebatnya, lip gloss pink dia masih nge-cling booooooooook!!!! Kata dia sih bukan warna pink, padahal itu PINK BANGET. Udah gitu kilep-kilepnya pula. Gue suit-suitin deeeeeeeeeh lol Urusan pom bensin, BERES! Jam 5 kurang kita berdua "caw" ke pelabuhan. Kita mau ngambil setting pantai buat background foto. Hahaha dan lo tau nggak pelabuhan alias pantai Kota Cirebon seperti apa?Hmmm liat saja hasil foto kami :")

Gue kira kita bakal ketinggalan sunset. Tapi ternyata LEBIH PARAH!SORE INI CIREBON MENDUNG. Sial pangkat tiga deh :(




banyak sampahnya ih,jijik (pose terpaksa)


liat deh ransel gue gede dan meribetkan --"

jumpin to avoid the crap


source : dhillasyndrome.blogspot.com

all you have to do




thaanks God, it's over ..... YEAY! and now all we have to do is waiting :)
it came to me this morning, dhilla called me about the charm bracelet ... wasn't it beautiful?? i googled those. i was wondering where i could find those charming bracelet charm...

Tuesday, March 16

another week to go

FINAL EXAMINATION in a week!! the preparation?? nothing less than 50%. How come?? No idea. I have studied for 3 years in order to be able to pass this exam for a week. Usually, in holiday i spent my time to sleep, but these days i cant fall asleep easily. All my mind is thinking about the exam. 3 years are such a short period to me. Its just like yesterday that i was in senior high school (freshman) and now i will be graduated and lived separately from home and my hometown, its kind of sad of course but i think its a challange for me to live in dorm. Ah .. i havent told you, have i? that i've got scholarsip in PRESIDENT UNIVERSITY. Well, its not a full scholarship though. But i was glad that i'll come to PU. Major : INTERNATIONAL RELATION. thats all for me now, gotta go. See ya!

Monday, March 15

LEARNING REVOLUTION by Pangeran Menjangan

Apabila Tung Desem Waringin, salah satu motivator hebat di Indonesia, pernah membuat buku dengan judul sensasional FINANCIAL REVOLUTION, maka saya ingin mengikuti jejak beliau dengan judul yang tidak kalah sensasional LEARNING REVOLUTION!

Mengapa saya membuat tulisan dengan judul LEARNING REVOLUTION adalah murni dari keperihatinan saya melihat cara belajar putra/i Indonesia dan tentu saja sistem pendidikan yang 'mendidik' mereka untuk bertindak demikian.

Dalam tulisan ini, perlu saya highlight beberapa point yang harus dirubah dari culture bangsa kita:
1. Menghafal, dan
2. Takut Salah

Dalam hal ini, saya menggarisbawahi kata 'menghafal' sebagai budaya yang harus segera dirubah. Namun demikian, mari kita lihat sistem yang mendidik putra/i berbakat Indonesia untuk berlaku demikian:

1. MULTIPLE CHOICE
Multiple Choice atau Pilihan Ganda mendidik kita untuk berpikir secara logis bahwa setiap soal (baca: permasalahan) hanya memiliki satu jawaban (baca: solusi) yang benar. Padahal, kenyataannya di dunia, setiap permasalahan dapat memiliki segudang solusi dan alternative penyelesaian!
Yang lebih miris lagi adalah, Multiple Choice juga memberikan pesan yang cukup bermakna bagi semua orang bahwa yang tidak kompeten pun bisa sukses (baca: menjawab benar!). Bagaimana? Tentu saja dengan metode hitung kancing!
Lalu, apabila Multiple Choice itu tidak baik mengapa diterapkan? Jawabannya cukup sederhana, banyak pengajar kita yang malas untuk membuat apalagi setelahnya memeriksa soal berbentuk essay. Butuh waktu dan tenaga apalagi jika muridnya sangat banyak.

2. ESSAY
Mereka yang berani membuat soal model essay patut diacungkan jempol. Namun demikian, pertanyaannya ini sebenarnya selalu mengarah ke hal yang sama bahwa: setiap permasalahan hanya memiliki satu solusi. Kenapa? Coba lihat baik-baik bagaimana para pengajar ini membuat pertanyaan: "Apa pengertian dari..." atau "Jelaskan pengertian dari..." atau "Coba jabarkan..." dan berbagai variasi lain yang intinya adalah menanyakan pengertian akan suatu hal atau penjabaran akan sesuatu yang jawabannya pasti dan tertulis jelas di buku. Tampaknya para pengajar ini telah membuat hal yang berbeda dengan menghindari multiple choice tapi pada intinya adalah sama saja...
Bagaimana seorang pengajar bisa mengharapkan anak didiknya untuk berpikir kreatif apabila pertanyaannya pun tidak menunjang otak mereka untuk berlaku kreatif? Bahasa Inggrisnya adalah "As above so below!" atau "Sepertinya halnya di atas begitu juga yang di bawahnya!"
Konsekuensinya adalah murid lebih senang menghafal (kalau perlu titik dan komanya) karena menghindari resiko takut salah!
Alhasil dari sistem menghafal ini adalah murid sering lupa apa yang telah dipelajarinya (karena hanya menghafal bukan mengerti!). Jika anda computer tentulah habis di delete anda bisa telusuri recyle bin untuk me recover data yang hilang. Tapi bagaimana kenyataannya? Setelah lupa, amatlah sulit untuk mengingat pelajaran yang telah silam.

3. IPA dan IPS (baca: Si Pintar dan Si Bodoh)
Khususnya di tingkat SMA, saya sangat menyesali bagaimana sekolah menggolongkan muridnya ke dalam basis IPA atau IPS murni berdasarkan perolehan nilai sang murid bukan kepada keinginan dan motivasi. Apabila pihak sekolah menggolongkan murid yang masuk IPA karena nilainya bagus, maka sebagai konklusinya adalah mereka yang tidak memiliki nilai yang cukup bagus harus mau belajar di IPS. Ahasil timbulah suatu pemahaman bahwa yang pintar pasti IPA dan yang bodoh adalah IPS. Benar? Akuilah.
Pendidikan kita telah gagal mengevaluasi murid seutuhnya tidak hanya dari kemampuan exacta tapi juga kemampun non-exacta. Pada akhirnya, kesuksesan seseorang bukan ditentukan dengan apakah ia mendapatkan nilai baik di Matematika, Fisika, dan Kimia tapi kepada PERANAN mereka di tengah masyarakat!

Apabila dilihat lebih jauh lagi, budaya pendidikan di Indonesia sama halnya dengan pendidikan di Cina (paling tidak Cina tempo dulu) yang lebih mengedepankan hafalan. Sistem hafalan mereka ini (baca: copy and paste)tercermin pula dalam produknya. Sebutlah handphone, televisi, pemutar DVD dan banyak produk elektronik lainnya (mengagumkan namun adakah yang inovasi? masih bisa dihitung jari). Keunggulan mereka adalah mampu membuat produk dengan kualitas yang cukup sama namun dengan harga yang lebih murah...

Jika mau belajar, contohlah orang Jepang yang super kreatif. Kegagalan mereka pada perang dunia ke 2 menjadi batu loncatan untuk menguasai dunia dengan teknologi! Perlu diketahui bahwa Jepang membangun negerinya dengan satu pertanyaan: "Mengapa kita bisa kalah?". Pertanyaan seperti ini adalah pertanyaan yang positif dan membangun (self reflection). Jepang tidak berusaha menyalahkan negara lain atas kekalahannya... Sebagai gantinya, mereka tiru metode mengajar dari luar negeri namun dengan penyesuaian di sana sini. Copy and Modify! Kreatif? Kreatif dong!

Lalu bagaimana dengan Indonesia? Jika kita menemui kegagalan, cenderung kita menanyakan hal seperti ini: apa yang menjadi masalah, kenapa masalah itu bisa terjadi, dan siapa yang menyebabkan masalah tersebut?? Yang kita bicarakan adalah masalah bukan solusi! yang kita cari bukan solusi tapi si pembuat masalah! Pemikiran seperti ini cenderung merusak dan tidak mampu membawa bangsa kita ke arah yang lebih baik.

Mari kita kembali ke trek semula. Learning Revolution! Kita mau merubah budaya-budaya tersebut namun harus ada alat atau media yang mampu membawa perubahan tersebut. Ingatlah apa yang saya katakan semula: As Above So Below! Jangan mengharapkan anak didik anda untuk kreatif apabila anda sendiri tidak mampu memberi contoh kreativitas itu sendiri.

President University menyadari hal tersebut. Maka diterapkanlah beberapa solusi:

1. CASE STUDY
Mahasiswa/i diajak untuk berpikir kreatif dengan memberikan pendapat mereka dan solusi terhadap suatu kasus yang terjadi di masa silam. Pendapat dan solusinya bisa beraneka ragam. Uniknya adalah jawaban mereka tidak ada yang benar atau yang salah. Yang ada adalah tepat atau kurang tepat! Ini tentu saja mampu menepis budaya multiple choice kita dimana hanya ada satu jawaban yang benar terhadap satu permasalahan.

2. OPEN BOOK SYSTEM
President University adalah satu-satunya kampus yang menerapkan sistem BUKA BUKU ketika ujian. Dengan kata lain, mahasiswa/i diperbolehkan membawa text book sebanyak yang mereka mau ke dalam ruang ujian. Hal ini bukanlah untuk mendidik mereka menjadi bodoh namun mendidik agar TIDAK MENGHAFAL! Mahasiswa/i dipersilahkan membawa buku sebanyak yang mereka mau sebagai referensi namun pertanyaannya lah yang sangat kreatif! Soal dirancang sedemikian rupa sehingga bukan definisi/pemikiran dari si A atau si B yang keluar di lembar jawaban tapi pemikiran kreatif dari si murid!

3. UNIQUE SCORING SYSTEM
Pernah menonton film HARRY POTTER? Tentu kamu tahu bahwa murid-muridnya tidak hanya dinilai dari ujian saja tapi juga PERANAN mereka terhadap major mereka itu sendiri. Alhasil, Harry Potter yang tidak lebih pintar dari HERMIONE di bidang akademik bisa mendapatkan nilai yang tidak kalah bagusnya dan bahkan di akhir cerita lulus sebagai lulusan terbaik di Hogwartz.
Lalu? Begitulah sistem penilaian di PRESIDENT UNIVERSITY. Murid dinilai tidak hanya di bidang akademik tapi dari faktor-faktor lain seperti: Kemampuan berkomunikasi, memimpin, kreativitas, sikap dan lain sebagainya. Jadi bagi yang merasa gagal di ujian jangan menyerah dulu. Dunia belum kiamat karena kamu masih bisa tingkatkan diri di aspek lainnya.

4. REVERSED SCORING
Bosen di nilai terus di kelas? Yakin kamu gagal karena pengajar yang buruk? di President University, bukan hanya kamu yang dinilai performanya tapi juga dosennya. Siapa yang nilai? Ya kamu sendiri dong! Tidak perlu takut karena nama kamu tidak akan ada di questionnaire yang diberikan oleh pihak akademik. Intinya adalah supaya tenaga pengajar kami terus termotivasi dan yang terpenting adalah mau berubah ke arah yang lebih baik. Dosen itu sudah merasa puas dengan dirinya padahal 70% muridnya gagal? Ok, pintu President University terbuka lebar agar dia segera keluar karena masih banyak dosen berkualitas yang mengantri untuk mengajar di sini. Prinsip kami adalah apabila hanya sekelompok murid yang gagal di mata pelajaran tersebut, tentulah kesalahan terletak pada sistem belajar si murid. Namun, apabila banyak yang gagal dalam mata pelajaran tersebut, maka kesalahan tentulah terletak pada bagaimana sang dosen mengajar! KILLER LECTURERS MAY SAY GOOD BY!

Saya rasa itulah beberapa solusi yang ditawarkan President University untuk saat ini (dan tentu saja menunggu untuk dicontek oleh universitas lainnya). Kami selalu tekankan kepada mahasiswa/i kami bahwa MENCOBA ITU TIDAK MENGAPA daripada MENGAPA TIDAK MENCOBA. Diharapkan, dengan culture yang diterapkan di universitas kami mampu membawa perubahan kepada cara belajar mahasiswa: LEARNING REVOLUTION!

sumber: president university groups in facebook

bloglovin'

Follow my blog with bloglovin